Dinding merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan rumah. Keberadaan dinding pada rumah memiliki beberapa fungsi penting, diantaranya:
- Pemikul beban di atasnya
- Penutup dan pembatas ruangan
- Perlindungan bagi penghuni, misalnya melindungi dari panas matahari dan dinginnya udara.
Namun adakalanya kita dipusingkan dengan timbulnya masalah pada dinding rumah yang ditempati. Salah satunya adalah retak pada dinding. Meskipun tidak semua retakan pada dinding berbahaya, namun kita harus tetap mewaspadainya.
Retak yang timbul pada dinding rumah ada berbagai bentuk. Ada yang membentuk sudut 45 derajat, ada yang berbentuk lurus dan mengarah ke bawah serta ada pula retakan yang sangat lembut dengan jumlah yang banyak serta memiliki arah yang tidak beraturan. Anda tidak perlu bingung. Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah memantau dan memperhatikan retaknya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis retakan yang terjadi serta bagaimana pula solusinya.
Secara umum ada 2 jenis retak pada dinding yaitu retak struktur dan retak nonstruktur. Kedua jenis retak ini memiliki penyebab dan karakteristik yang berbeda.
1. Retak Struktur
Retak struktur merupakan jenis retak yang berbahaya terhadap kekokohan sebuah bangunan. Ciri utamanya adalah terjadi keretakan dengan lebarnya lebih dari 2 mm dan tembus pada sisi dinding lainnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya retak struktur ini, diantaranya:
- Adanya penurunan atau pergeseran pada pondasi karena daya dukung tanah yang kurang baik. Penyebabnya bisa bermacam-macam antara lain karena terjadinya perubahan karakteristik tanah akibat kejadian alam seperti banjir, pergerakan tanah ataupun gempa.
- Ukuran pondasi yang tidak sesuai dengan beban yang dipikulnya atau kekurangsempurnaan pada saat proses pengerjaan bangunan.
- Kerusakan pada kolom (tiang) serta balok yang disebabkan adanya keretakan atau bengkok karena kurangnya jumlah atau ukuran tulangan besi utama dan besi pengikat (sengkang). Faktor penyebab lain adalah rendahnya kualitas/mutu beton yang digunakan serta kekurangsempurnaan pada saat proses pengerjaan.
Retak struktur memerlukan penanganan serius, bahkan tidak jarang membutuhkan dana yang cukup banyak untuk membuat perkuatan agar struktur bangunan tidak mengalami pergerakan. Retak struktur bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
- Retak Tarik
Penyebab utama retak tarik yaitu adanya penurunan permukaan tanah. Sebenarnya proses penurunan pada bangunan merupakan hal yang lumrah, namun bisa menjadi masalah jika penurunan ini terjadi tidak secara bersamaan (serentak). Kondisi tersebut mengakibatkan perubahan elevasi pada bangunan yang tidak sama (seragam). Karakteristiknya yang bisa dikenali yaitu keretakan akan lebih lebar pada bagian atas dan semakin menyempit pada bagian bawahnya. Faktor penyebabnya antara lain, pemadatan yang tidak merata, erosi tanah di bawah pondasi akibat adanya aliran air di dalamnya, pembebanan pada dinding yang tidak merata sehingga menimbulkan beban terkonsentrasi pada satu bagian serta dapat pula disebabkan karena adanya getaran gempa ringan.
- Retak Tekan
Retak tekan terjadi karena adanya tekanan dari atas (beban berat yang harus dipikul oleh dinding) dan dari bawah dinding (desakan dari atas tanah) yang berkerja secara bersama-sama. Terjadinya retak tekan bermula karena kolom pada bangunan yang tidak bisa bekerja secara maksimal. Kondisi ini berakibat sebagian bebannya harus dipikul oleh dinding (seharusnya beban tersebut didistribusikan oleh ringbalk menuju kolom-kolom dinding dan diteruskan oleh sloof yang ada di bawahnya) sementara dari bawah ada desakan ke atas karena adanya pergerakan dari tanah. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya retak tekan.
Ada beberapa solusi apabila terjadi retak struktur yaitu :
- Apabila keretakan terjadi akibat pondasi yang mengalami penurunan maka Anda dapat membuat pondasi baru di dekatnya dengan terlebih dahulu mendeteksi keretakan terparah pada dinding di atasnya. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memadatkan tanah di bawah pondasi baru kemudian buatlah kolom/tiang baru untuk membantu penyaluran beban dari sloof serta balok lantai di atasnya.
- Apabila keretakan terjadi karena rusaknya struktur pada balok maka jika kondisinya memungkinkan bisa ditambahkan kolom/ tiang di bawahnya sehingga penyaluran beban balok menjadi berkurang . Jika tidak memungkinkan maka balok dapat disuntik/digrouting dengan epoxy (cairan kimia khusus yang memiliki sifat mengikat dan cepat kering) kemudian dilakukan pembesaran ukuran (dimensi) balok dengan perkuatan dari luar.
- Apabila keretakan terjadi karena rusaknya struktur pada kolom maka Anda dapat membuat kolom tambahan di dekat kolom yang retak. Kolom tambahan tersebut berfungsi untuk membagi pembebanan pada kolom yang rusak. Cara lain yang bisa dilakukan yaitu memperkuat kolom melalui cara menyuntiknya dengan cairan epoxykemudian memperlebar ukuran (dimensi) kolom.
- Apabila terjadi keretakan kecil pada kolom dan balok, Anda cukup menutupnya dengan plesteran agar tulangan besi yang ada di dalamnya tidak berhubungan dengan udara luar dan menyebabkan terjadinya perkaratan.
- Melakukan kontrol terhadap aliran air di sekitar pondasi, agar tidak menyebabkan erosi tanah di bawah pondasi yang berakibat timbulnya retak pada dinding di atasnya.
2. Retak Non Struktur
Retak non struktur umumnya tidak membahayakan namun terkadang mengurangi nilai estetis dari bangunan. Ciri utamanya adalah timbulnya garis lembut dengan arah yang tidak beraturan. Menurut Syarif Hidayat dalam Semen, Jenis & Aplikasinya ,retak non struktur terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
- Crazing
Retak jenis ini terjadi karena plesteran yang terlalu banyak di trowel serta pasir yang digunakan banyak mengandung butiran halus. Ciri-ciri retak crazing adalah :
- Membentuk jaringan retak yang halus, dangkal dan tidak bersambung
- Membentuk pola hexagonal denga jarak retak 5 mm-75 mm
- Terjadi dalam selang waktu beberapa jam setelah aplikasi plesteran
Solusi mengatasi retak jenis crazing ini adalah dengan mengorek retakannya kemudian menutupnya dengan dempul.
- Map cracking
Retak jenis ini terjadi karena penggunaan semen yang terlalu banyak serta plesteran yang dibiarkan terlalu cepat mengering. Ciri-ciri retak jenis map cracking adalah :
- Pola retakan menyerupai peta (map)
- Membentuk pola heksagonal dengan jarak hingga 200 mm
- Struktur retak cenderung lebih dalam dan bersambung
- Retak susut (shrinkage)
Retak ini terjadi akibat kandungan semen yang tinggi, mutu pasir yang buruk serta plesteran yang diaplikasikan terlalu tebal. Solusi perbaikannya adalah dengan menggunakan dempul. Berdasarkan faktor penyebabnya, retak susut dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, diantaranya:
a. Susut Plastis
Susut plastis terjadi akibat hilangnya kadar air yang berlebih saat plaster masih dalam kondisi plastis atau awal aplikasi. Retak ini biasa terjadii pada sudut jendela.
b. Susut Kering (drying shrinkage)
Retak susut terjadi akibat kandungan semen yang tinggi, mutu pasir yang buruk serta plester yang diaplikasikan terlalu tebal
- Susut yang disebabkan karena perubahan volume plesteran maupun beton pada saat terjadi proses reaksi kimia antara semen dan air
- Susut karena karbonasi
Susut ini terjadi pada saat dinding/beton yang sudah mengeras akibat masuknya gas karbondioksida (CO2) ke dalam pori plesteran/beton
Semoga dengan mengenal dan memahami berbagai jenis retak pada dinding serta bagaimana pula solusinya, rumah yang kita tempati akan tetap terjaga kekuatan dan keindahannya. (Gambar diolah dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar